Selasa, 04 Januari 2011

PROSPEK INDUSTRI ASURANSI JIWA DI TAHUN 2010

Prospek Industri Asuransi Jiwa di Tahun 2010: Menggarap Peluang dari P

oleh: angelina_desy     Pengarang : Dari Berbagai Sumber
 
Setelah terpuruk gara-gara resesi global tahun 2008, kini industri asuransi sudah kembali bangkit. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) memproyeksikan pertumbuhan premi industri asuransi sepanjang tahun 2009 lalu antara 16-17%. Sebelum krisis, industri asuransi jiwa sanggup mencatat pertumbuhan hingga 30%. Meski sekarang belum bisa mengejar ketertinggalannya, itu sudah terbilang lumayan, apalagi kesadaran masyarakat berasuransi di Indonesia masih rendah.

Sampai saat ini, masyarakat Indonesia yang berasuransi jiwa masih kurang dari 20 juta jiwa. Artinya, baru sekitar 11% dari total penduduk negeri ini yang diperkirakan mencapai 226 juta jiwa, tercover oleh produk asuransi. Itupun sudah terbantu oleh perusahaan-perusahaan yang mengasuransikan para karyawannya.

Menghadapi faktor penghambat itu, industri asuransi jiwa terus memasarkan produk-produknya yang kian inovatif dengan dukungan tenaga pemasar yang profesional. Tak heran, Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menargetkan pertumbuhan industri tahun 2010 sebesar 30%. Ada beberapa terobosan yang bakal dilancarkan AAJI untuk mencapai target itu. Pertama, memperbesar minat masyarakat berasuransi. Saat ini, AAJI sedang menyiapkan blue print atau cetak biru untuk memperbesar minat masyarakat berasuransi. Cetak biru ini akan menjadi pedoman bagi para pemain di industri ini selama 5 tahun ke depan.
Kedua, memberikan insentif bagi para pemegang polis, misalkan mendapat keringanan pajak. Hanya saja, keinginan AAJI untuk mendapatkan keringanan pajak ini masih belum mendapat lampu hijau dari pemerintah. Ketiga, memperbanyak agen. Saat ini agen yang terdaftar di AAJI mencapai 360.000 orang. AAJI berharap jumlah agen akan mencapai 500.000 orang pada tahun 2011. Hal ini cukup meyakinkan karena sudah ada insentif keringanan pajak bagi agen. Akhir 2009 lalu, Dirjen Pajak telah menyetujui bahwa 50% sisa penghasilan agen ditetapkan sebagai biaya yang bebas pajak. 
Keempat, menggandeng pemerintah agar dana yang terdapat di perusahaan asuransi bisa digunakan untuk proyek pembangunan infrastruktur. Selanjutnya, izin atas hal ini sudah tercantum dalam program Kamar Dagang Indonesia (Kadin).

Andalkan Unitlink
Peluang asuransi jiwa untuk tumbuh memang masih terbuka lebar. Apalagi, beberapa produknya laris manis di pasaran. Salah satunya adalah produk asuransi berbalut investasi, Unitlink. Data AAJI menyebutkan penjualan unitlink pada tahun 2005 mencapai Rp 4,8 triliun, lantas naik ke 6,7 triliun di tahun 2006, hingga tahun 2008 sudah mencapai angka 20,6 trilun.

Saat iklim investasi membaik, memang banyak nasabah yang sudah mengalihkan portofolionya ke produk unitlink, baik itu instrumen yang soft seperti reksadana, maupun yang berisiko tinggi seperti saham. Adanya unitlink kian menempatkan produk asuransi sebagai alternatif portofolio investasi bagi masyarakat, terutama yang deposito-minded. Hasil investasi unitlink memang menarik karena memiliki keunggulan berupa unsur proteksi dan investasi menjadi satu. Selain itu, seluruh aktivitas investasi diserahkan kepada pihak manajemen investasi yang profesional. Melihat animo masyarakat yang begitu tinggi, hampir semua perusahaan asuransi jiwa terdorong memasarkan produk unitlink. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar